Gelang
yang terletak diantara kotak pensil dan album foto di atas meja belajarku.
Warnanya putih dihiasi mutiara-mutiara kecil disekelilingnya. Aku meraihnya
dengan cepat dari tempatnya bersembunyi, “Begitu cantiknya gelang ini.”
Gumamku. Tapi sayangnya aku bukanlah orang yang suka memakai gelang. “Kenapa
kamu tidak suka memakai gelang, bukankah setiap cewek sangat suka memakai
aksesoris yang satu ini?” mereka sering bertanya kepadaku. Aku sendiri bingung
kenapa tidak menyukainya. Teringat sama kata-kata abang letingku di SMA dulu,
dia pernah bilang, “Kamu adalah seorang gadis yang begitu feminim, tapi enggak
suka memakai gelang dan itu terlihat sangat lucu sekali.” Dan aku hanya
tersenyum terhadapnya, tanpa membantah sepatah pun terhadap komentar itu. Ya
sekitar 2 tahun silam, dimana aku sendiri masih merasa belum sangat mengerti
tentang fashion.
Beberapa
hari yang lalu, teman perempuanku datang kerumah. Dia membawa oleh-oleh dari
Jakarta, untuk aku pastinya. Dengan senang hati aku menerima bingkisan itu. Berharap
itu adalah oleh-oleh yang selama ini aku inginkan darinya. Tanpa menunggu lama,
aku membuka bingkisan itu. Seketika raut jawahku berubah, setelah melihat isi
bingkisannya.
“Oh dear, ternyata sebuah kotak gelang,”
pikirku saat itu. Ternyata temanku mengerti sekali bahasa non verbalku.
“Maaf mil, aku tau kamu pasti enggak suka
dengan gelang, tapi nggak salahkan kamu mencobanya?” ujarnya. “Cantik kok
menurut aku.” Tambahnya lagi. Aku melotot seraya berkata, “Kamu yakin fridaaaa?”
Dan
dia hanya mengangkat bahu sambil melihat kearahku mataku saat itu.
Aku
heran dengan mereka. Sudah tau aku sangat tidak suka sama aksesoris yang satu
ini. Tapi malah benda itu terus yang di kasihnya. “Begitu inginkah mereka melihatku
memakai gelang?” konyol sekali keinginan mereka pikirku. “apa sih menariknya memakai gelang, perasaan
biasa ajalah,” menurutku. Tanpa aku sadari, ternyata kakakku adalah seorang
gadis juga, ia sangat suka memakai gelang. Berbagai macam koleksi gelang dia
miliki, termasuk gelang yang pertama kali di belikan oleh ibu waktu kecil, ia
masih menyimpannya dengan baik.
“Apa yang buat Anda (panggilan kakak orang
aceh besar) suka memakai gelang?” tanyaku di sore itu.
Jawabannya
simple sekali, “Biar pede aja.” Aku ketawa mendengarnya, “Emang Anda kurang
pede ya selama ini?” Tanyaku lagi. “Bukan kurang pede sih, kalau udah pakek gelang terasa udah cantik aja
gitu, namanya juga cewek.” Jawaban yang mentel sekali. Dan aku mulai mikir,
“apa iya begitu, kalau cewek pakai gelang, sudah terlihat cantik?”
Keesokan
malamnya aku meng-sms Adun (panggilang untuk abang angkatku). “Kenapa Adun suka pakek gelang?” tanyaku
Tidak lama kemudian, deringan ponselku
menyalak. Rupanya balasan dari Adun, bergegas aku membacanya,
“Supaya terlihat nakal saja,”
balasnya
“Itu alasannya, Dun?”
balasku lagi.
“Iya,
itu aja!!!” balasan terakhir.
Ternyata
setiap orang punya alasan tersendiri. Dan sekarang aku bertanya sama diriku
sendiri, “Apa alasanku untuk tidak suka memakai gelang?” Baik aku akan memperjelasnya
sekarang. “Dulu, seorang bocah yang masih berumur 5 tahun sangat suka terhadap
gelang. Pada suatu hari, dia diajak ibunya ke toko emas untuk membeli cincin.
Sesampai disana, seorang bocah melihat sebuah gelang yang sangat indah sekali,
karena diatasnya terukir huruf M. “Mamak, adek mau yang itu, yang ada nama
adek,” bocah itu meminta ibunya membeli gelang yang ditunjuknya. Tapi sang ibu
hanya sibuk memilih cincin tanpa peduli terhadap rengekan anaknya. Dan bocah
itu mengulangnya lagi sambil menarik tangan ibunya, “Mamak, adek mau gelang
yang ada nama adek itu,” ibunya sekarang menjawab, “Kita beli cincinya dulu
iya? Besoknya baru kita beli gelangnya.” Dengan senangnya bocah ini memeluk
ibunya. Hari, bulan, dan tahun-tahunpun terlewati begitu saja, bocah yang sudah
berumur 11 tahun ini merasa ibunya tidak menepati janji terhadap anak
bungsunya. Dan pada saat itulah bocah yang sangat masih kecil itu sudah
berkomitmen terhadap dirinya sendiri. Dia berjanji untuk tidak memakai gelang,
sebelum ibunya sendiri yang membelikan gelang itu untuknya. Sampai akhir ibunya
berpulang kepangkuan rabbi, janji itu belum juga di tepati kepada anak
bungsunya. Oleh sebab itulah, kenapa seorang anak gadis yang sekarang berumur
19 tahun belum pernah memakai gelang, dia masih berkomitmen dengan ucapanya
saat masih berumur 11 tahun.” Mungkin itu hanya sebuah ucapan bocah, tapi entah
kenapa aku belum pernah melanggarnya janji itu. Mungkin suatu saat janji itu
aku langgar, dimana ada seseorang yang begitu dekat dengan diriku yang
membelinya, ya mungkin dia kakakku sendiri. Karena dia adalah sesosok ibu dalam
hidupku sekarang.
Ternyata
apa yang aku harapkan jadi kenyataan. Tanggal 19 Oktober 2013, aku dibelikan
sebuah gelang oleh kakakku. Aku ngerasa janji ibuku dulu terpenuhi sekarang, walaupun
tanpa ukiran nama dan sama persis yang aku inginkan dulu, namun aku begitu
bahagia dengan hadiah ini. Di hari itu
juga aku mulai memakai gelang untuk pertama kalinya, “Terima kasih Anda-ku.” Aku
berterima kasih seraya memeluk kakakku dimalam itu. Ternyata benar seperti
orang bilang, “Seorang cewek akan terlihat cantik bila memakai gelang.” Aku
memerhatikan tanganku sendiri, “Cantik juga tanganku rupanya.” Ucapku pada diri
sendiri sambil tersenyum sipu melihat sebuah gelang menghiasi tangan mungilku
saat ini.
good story,,
ReplyDeletehanya saja EYD@ kurang tepat,,,,
diperbaiki EYD@ lagi ya dk.....!!!!!!
cayo2,,, semangat trus nulis@ ya dekkkkkkkkkkkkk
:)